Celoteh Adik Yatim –
Berbagi Bahagia Bersama (Mesjid Pondok Indah, 12 Agustus 2012)
Assalamu’alaikum,
Buat semua teman dan sahabat yang
sudah mendonasikan sebagian rejekinya untuk adik-adik yatim yang lucu dan
menggemaskan. Saya mau share sedikit cerita yang saya alami bersama mereka,
adik-adik yatim yang lucu, imut, menggemaskan. ^^
Awal kedatangan para adik-adik
ini dimulai dari Pkl. 13.30 WIB, mulai semangatlah semua fasilitatornya.
Semangat karena acara berbagi bersama mereka sudah dimulai. Acara yang bisa
dibilang “Impossible” bisa jadi “Possible”, gimana engga, proposal baru fixed
jadi 2 minggu dari hari H, plus tempat acara juga masih sempat dipindah sama
panitia.. wuuuhhh, asli, deg deg seeeerrr rasanyaa.
Pas kedatangan adik-adik ini,
yang ada, para fasilitator sempat heboh sendiri, karena mendadak lupa nama
kelompok yang di pegang sama masing-masing fasilitator.. hahahaaa, dude, we’re
all just an ordinary human J
Sudah lah, kelompok
pertama tiba. Mereka menuju meja registrasi didepan pintu masuk mesjid raya
pondok indah, Jakarta. Melihat wajah-wajah mereka yang capek karena
panas-panasan di metro mini, macet pula selama perjalanan ke arah pondok indah,
keringetan juga mereka, kata “kasihan yaa mereka” Cuma kalimat itu yang bisa
terlintas dalam benak kami masing-masing dan terlontar dari kami semua. Tetapi
semenit kemudian, kami semua bertekad, acara ini harus sukses, karena acara ini
memang dibuat untuk mereka, untuk melihat senyum diwajah mereka, untuk melihat
rona bahagia dari mereka dan para pendamping yayasan mereka.
Lalu, berbarislah mereka di depan
meja registrasi. Taraaaaaa.. yang berdiri didepan kami pemandangan mereka yang
berbaris dengan menggunakan sandal jepit usang. Sesaat kita semua terdiam,
melihat pemandangan itu sambil bergumam “Yaa Allah, mereka untuk beli sandal
bagus aja susah, sedangkan kita yang bisa dikatakan mampu beli sandal dengan
harga ratusan ribu, masih sering mengeluh”.
Maka ni’mat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan – Q.S. Ar-Rahman:13
Begitu terus menurus pemandangan
yang kita lihat, pemandangan wajah penuh peluh bermandikan keringat dan
beralaskan sandal jepit usang. Ketika salah satu fasilitator memberitahukan
bahwa sandal mereka harus disimpan dalam kantong plastic agar tidak hilang,
mereka pun akhirnya berkata kepada teman-teman mereka.
“Eh, ini sandal gw nih. Inget
yah, udah ada nama gw tuh di plastic, jangan lu ambil yah. Sandal gw Cuma ini
nih satu-satunya, tapi gw saying banget sama nih sandal”
Maka ni’mat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan – Q.S. Ar-Rahman:13
Kelompok lain sudah mulai
berdatangan ke tempat kami, senang, haru, bahagia itu yang kami rasakan,
langsung dari hati, dilihat oleh mata kepala kita sendiri, sebuah pemandangan
luar biasa dan sebuah pengalaman luar biasa bisa berinteraksi dengan mereka.
Fasilitator pun sudah mulai berkurang karena mereka harus mengurusi kelompoknya
masing-masing. Tersisalah saya dan beberapa teman fasilitator saya yang masih
menunggu kedatangan kelompok kami.
Lima menit..
Lima belas menit..
Tiga puluh menit.. (Lama-lama panic sendiri f^^;)
Mulai lah saya dan teman-teman
saya yang lain sibuk menghubungi yayasan yang menjadi tanggung jawab kami.
Setelah dapat informasi posisi mereka berada, barulah kami bisa tenang (yah,
tenang sedikit sih, belum bisa benar-benar tenang kalo mereka belum tiba
ditempat acara.. hehhee).
Sekitar pukul 13.45, datanglah
yayasan anak yatim yang menjadi tanggung jawab saya dan partner saya. Yippi,
akhirnya mereka tiba. Langsung lah kita berdua menghampiri adik-adik itu.
Sesuai instruksi, kita pisahkan
mereka terlebih dulu, registrasi, lalu memberikan instruksi tentang sandal
jepit. Lagi-lagi, kalimat dari adik-adik kecil itu kembali terlontar dari mulut
mungil mereka. “Eh, ini punya gw yah,
ingeet, punya gw, jangan lu ambil yah”
Maka ni’mat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan – Q.S. Ar-Rahman:13
Karena mereka datang jelang
sholat ashar, jadi kami stand by dulu
sambil menunggu adzan ashar berkumandang. Sambil menunggu, adik-adik ini
berlari kesana kemari didalam mesjid. Fiuuhh, agak cemas juga kalo sampai
mereka hilang, bagaimana engga, yang datang ke acara ajah, total disana,
peserta sama panitia bisa 800 orangan, belum pengunjung f(^^).
Oke nih, selesai mereka sholat
ashar berjama’ah dengan adik-adik yatim dan para fasiltator dan pendamping
yayasan mereka. Mereka diminta untuk kembali ke tempat acara dan melanjutkan
acara yang sudah dari tadi dimulai.
Di sela-sela acara, saya dan
partner saya mencoba berinteraksi dengan adik-adik kecil ini.
“De, kelas berapa sayang?”
“Kelas 1, kelas 3, kelas 6, kelas 1 SMP,
kak”
“Wah, udah besar yah kalian. Ranking ga?”
“Ga kak. Hehhehehee *senyum simpul*”
“Ga apa-apa de, yang penting kalian masih
semangat sekolah J”
“Iya kak, makasih kak”
“Kak, aku boleh main kesana ga? Aku bosen
nih, panas, nyari tempat yang adeeem”
“Jangan dong sayang, kan acaranya buat
kalian, jadii kalian harus disini yaahh”
“Oiya kak, Rara sebeeel banget sama Nadine
kak. Tadi di mobil aku sama Nadine berantem, abis Nadine nakal sih kak.” Ucap
Rara, salah satu adik yatim di kelompok saya.
“Lho, kok berantem? Memang Nadine salah apa
sama kamu, de?”
“Nadine ga bisa diem kak. Nadine egois
banget kak waktu di mobil, makanya aku sebel sama Nadine”.
“Coba dipanggil Nadine-nya kesini, kan lagi puasa,
kalian harus baikan dong, ga boleh berantem, sayang”. Lalu kami panggil lah
yang bersangkutan dalam hal ini adik Nadine sendiri. “Nadine, sini sayaang,
sini de. Katanya kamu berantem sama Rara? Koq berantem sih de? Kan bulan puasa,
ga boleh berantem. Nadine kan anak sholehah, anak sholehah ga boleh berantem.
Nadine kan anak pinter juga kan, sini sini, minta maaf sama Rara”
“Jangan kak. Nadine kan egois kak, ga akan
mau minta maaf Nadine mah”. Tanpa menghiraukan usaha Rara untuk menghentikan
saya dan partner saya memanggil Nadine, kami pun tetap memanggil Nadine untuk
berbaikan dengan Rara.
“Aah, kakak, dibilang Nadine tuh ga mau
denger kalo dikasih tau, kak. Udah biarin aja Nadine”.
Tidak jauh dari tempat kami, Nadine, salah
seorang adik yatim di kelompok kami sudah berkaca-kaca matanya. Wajahnya mulai
merungut sebal menatap kea rah Rara. Sambil lalu, Nadine berkomentar tentang
aksinya tadi di mobil.
“iih, Rara, kamu kok cerita-cerita ke kakak
sih? Aku kan sebel sama kamu”
“iya, tapi kan kamu Nadine, yang ga bisa
diem di mobil, udah tau mobilnya sempit”
Lambat laun, muka Nadine merah, dan mulai
terisak L
“Nadine, sayaang, kesini de. Anak sholehah,
kalo ga boleh berantem. Anak baik ga boleh nangis” ucapku dan partner
fasilitator ku. Berkali-kali kami harus berbicara seperti itu, barulah Nadine
dan Rara mau baikan. Yeiiiy \^^/
Selang beberapa saat, amaan damai
nyaman, tidak ada suara sumbang protes karena hal-hal kecil saat acara sampai
salah satu anak dari yayasan kami memanggil kami “Kak, fitri mau buang air
besar yaa, Kak” Ucap Fitri. Lalu kami bertiga pun berjalan menuju kamar mandi
untuk mengantarkan fitri yang sudah rewel sama sakit perutnya.
Sambil menunggu Fitri dan Dinia
yang ke WC, saya duduk di selasar aula mesjid. Berguman dalam hati, betapa bahagianya
mereka dengan kekurangan yang mereka alami J
Tidak lama kemudian, Fitri dan
Dinia kembali, daaan, di mulailah usaha untuk mengembalikan mereka berdua ke
habitat mereka di acara itu.
“Yuk, udah selesai kan? Kita
balik ke atas lagi yuk, de”
“Gak mau ah kak, panas diatas,
kena matahari, enakan disini, adeem, dingiinn gitu kak. Trus bisa selonjoran
lagi, kak”
“Duh Fitri, kan ini acara
sayaang, jadi kamu harus ikutan sampe selesai acaranya ;) “. “Yah, Kak. Enakan
disini kan, bisa sambil tiduran aku”. (mulai gemes.. f-__-)
Tidak lama, ketemu dengan partner
fasilitator, “lho, ngapain disini? Itu anak-anak sapa yang jagain?”. “Nganterin
Fitri sama Dinia ke WC kak, sakit perut mereka”. “Oh, yaudah kalo gitu, kita
balik ke atas lagi yuk”.
Mendengar harus kembali ke tempat
acara, mulai deh fitri dan Nadine berlarian kesana kemari. F-____-. Lari sana,
lari sini, jegat sana, jegat sini, sampe kudu muterin tuh mesjid pondok indah
dari ground floor sampe teras mesjid dilantai atas. Fiuuhh, beruntung, Fitri sama
Nadine akhirnya nurut juga. (Alhamdulillah).
Sesampainya di tempat acara,
Nadine dan Fitri kembali berulah. Mereka, perlahan tapi pasti, merapat ke
pagar. Selidik punya seilidik, mereka ternyata mau manjat pagar.. fiuhh, ngelap
jidad. Beruntung lagi, banyak fasilitator yang lagi nganggur, jadi bisa ditarik
buat jagain Fitri sama Nadine. Dibagi
dual ah mereka, Nadine sama saya, FItri sama fasilitator lain.
Tepat setelah itu, dimulailah
acara dengan Kak Awang. Lucu juga ternyata si Kak Awang. Ceritanya lucu-lucu,
adik-adik ini juga semangat. Tak terkecuali Nadine, dia semangat 45 banget tuh
setiap kali Kak Awang melontarkan pertanyaan. Hihihihii. Nadine plus Fitri = 2
bocah cilik yang lucu dan menggemaskan. Sama-sama ga bisa diam di tempat,
berusaha mencari cara untuk bisa main di sekitaran mesjid. Dan akhirnya, supaya
kedua bocah cilik ini bisa diam, saya bawa saja mereka bertemu dengan
teman-teman saya yang kebetulan bisa datang ke acara kemarin. (hiihihihii,
sukses memboyong orang datang ^^v guys)
Setelah dikenalkan ke
teman-teman, ujungnya mereka yang malah dikerjai sama teman-teman saya.
“Kak, beliin pizza dong kak. Laper nih kak”
“Kamu mau pizza? Minta sama kakak gembul ini
nih”
“Knapa knapa? Mau pizza? Beli aja de, nanti
kakak bayarin”
“Asiik, dibeliin pizza”
“Kak, pizzanya udah boleh di makan blom?”
“belom dong sayaaang, kan masih berapa jam
lagi puasa J”
“oiya, sedikit lagi yah kak buka puasanya”
Disaat meyakinkan kedua bocah cilik ini
untuk ga buka puasa, teman saya malah ngomporin´”Eh, buka aja, makan aja, kakak
ga liat deh, kakak ga dengerin kamu makan deh”. Plaaakk, sewot sama teman
sendiri ujungnya. F(-__-)
Teman kedua:
“Eh, de, kelas berapa kalian?”
“Kelas 3, kelas 1”
“Coba, udah jago ngitung kan? Nih kaka kasih
tebakan”
“Boleh, apa kak tebakannya”
“Bener yah, siap? “
“Siap ka”
“Pertanyaannya: 2 + 2 + 5 - 2 - 5 - 2,
hasilnya berapa”
“Hm, 0 ka” jawab Fitri
“Yak beneer. Sekarang jawab lagi ya
pertanyaan kaka. 2 + 2 + 5 – 5 -2 + 2 – 2, hasilnya berapa?”
“haah? Ulang dong ka? Kecepetan pertanyaannya”
ß
hihihiii, untung aja kedua anak itu ga tau kalo mereka lagi dikerjai sama
kakak-kakaknya ^^.
“Ah, masa gitu aja ga bisa, itu gampang koq.
Coba tebak”
“Ah, susah ah kaa. Aku kan belum begitu
pinter ngitungnya” (anak kecil ngeles detected mode on)
Suasana Jelang Magrib…
Nadine dan Fitri kembali ke
kelompok mereka, setelah capek diusilin sama kakak-kakak jahil.. ^^v
Adzan pun berkumandang, semua
sibuk buka puasa..
Sesaat setelah shalat magrib,
mereka menghampiri ku..
“Ka, bu, Nadine ilang lagi!!”
“Apaaaaa, Nadine ilang kemana de? Koq bisa?
Tadi kan sama-sama kalian? Ilangnya dimana?”
“Ga tau ka, tadi sih sama-sama kita sholat,
trus Nadine pergi, gatau kemana kak”
“Ayoo kaa, cari Nadine”
Sukseslah para kruci ini memboyong saya
untuk mencari Nadine bersama-sama.
Sesaat kemudian..
“Nadiiiinnneeee, turuuunnn, kamu ngapain
diatas situuuuu”
“Eh, mana Nadine? Itu ka, ada di genteng
mesjid”
“Astaghfirullah, Nadine turun dek,
sayaanngg, nanti kamu jatuh”, berasa mau copot jantung liat Nadine manjat
genteng samping mesjid.
“Yuk kaa, kita susulin Nadine. Nadine mau
denger tuh kalo kakak yang panggil”
“Yuk, kita susul Nadine keatas”
“Nadine, nagapain kamu diatas tadi de?”
“Iseng ka, jalan-jalan aja disitu”
“Duh, deee. Kalo kamu jatoh gimana? Kasian
ummi sama teman-teman kamu kan, de”
“Hehehee, iyaa kaa. Maafin Nadine yaa, Kaa”
Fiuh, sepersekian menit yang
lalu, jantung sempat terasa mau lari dari tempatnya ketika melihat Nadine sudah
ada diatas genting samping mesjid. Bagaimana tidak, anak sekecil itu bisa nekat
manjat tempok mesjid..! ampuuunn dijeeeee
“Yuk de, ikut sama kaka fasiltatornya kembali ke tempat acara, mau
dibagi-bagi bingkisan lho”
Sontak, mereka semua nurut,
akhirnya, ada satu bagian di akhir acara dimana mereka bisa nurut.
Suasanan pembagian bingkisan,
seperti terprediksi, raaaammmaaaaiiiiii, kalah pasar malam sama ramainya
suasana pembagian bungkusan itu.. (hihihii, maaf agak lebay, biar seru :p)
Mereka dikumpulkan per kelompok,
untuk dibagikan santunan berupa bingkisan alat sekolah, kotak makanan, dan
biaya santunan untuk mereka.
Dan, eng ing eng, dalam 5
kemudian bisa ditebak apa yang terjadi. Mereka berbondong-bondong menuju mobil
yang mereka tumpangi siang hari tadi. Eits, jangan senang dulu, this is not the
end guys. Mereka minta sandal mereka yang tadi dikantongi. Selebihnya, bisa
ditebak, terjadi kerusuhan pengambilan sandal sodara-sodara.
“Ka, sandal aku mana? Mana?”
“Iya, sebentar yaa sayaang. Ini kan kaka
baru mau buka kantong plastiknya”
Mulailah ku sebut satu per satu nama mereka.
“Ka, punya ku mana sih? Ilang yaa ka? Koq ga
ketemu juga?”
“Sabar de, ini kan isinya campur, jadi yaa
agak lama bukanya. Hm, gimana kalo dikeluarin aja semua isi kantongnya”
“iyaa kaa, gitu aja kaa, biar cepet”
Dan terbak, terjadilah rebutan
sandal.. “ini punya aku, ini punya aku, ini punya aku… kamu liat ka nada
namanya di plastic itu, itu nama kuuu…” hamper semuanya berkomentar seperti
itu.. fiuuh, ramaaaiii.. hahahaaa..
Disaat kerusuhan perebutan sandal
itu, tiba-tiba datang anak dari kelompok lain yang bertanya “Kaa, sandal aku
mana kaa?”.. nah lhooo, ini fasilitatornya kemanaa yaaahh… anak-anaknya ga
kebagian sandalnya masing-masing..
“Kaa, sandal aku yang angry bird kemana
kaa?”
“Kamu tadi kelompoknya siapa sayaang? Warna
kelompok kamu warna apa?”
“Aku warna merah kaa.. emang kaka ga megang
sandal aku yah?”
“Ga sayaang, itu fasilitator kamu yang
pegang, coba kamu tunggu disini, siapa tahu fasilitatornya sebentar lagi kesini
bawa sandal kamu, yah”
See,
betapa rusuh, ramai, lucu, ngemesinnya merekaa..
Ketika saat perpisahan itu tiba..
“Kaaa, ibuuu.. Aku pulang dulu yaaa”
“Iyaa sayaang, hati-hati yaa dijalan
kalian.. belajar yang rajin yaah, supaya kalian semua pintar, janji”
“Iyaa kaa, janjii”
“Doain kaka yaa, semoga bisa ketemu sama
kalian lagi nanti J”
“Iyaa kaa, nanti main yaa ke tempat kitaa”
“Insyaallah yaa dee..”
“Kaa, kita koq ga foto sih kaaa?”
Dan blast, taraaaa, session foto
bisa terlupakan begitu saja karna insiden perebutan sandal jepit.. f(^^;
Dengan kamera seadanya, hanya
fasilitatornya saja yang berposye, tanpa mereka L
Setelah
foto, baru lah salah satu fasilitator ingat kalo di plastiknya, dia bawa camera
pocket.. aaaahhhhh, kenapaaa ga dariii tadiiiii ingatnyaaaa…
Yasudahlah,
dan hari yang menyenangkan itu berakhir, mengkahiri sesuatu yang sesungguhnya
hanya menjadi awal dari kisah-kisah menarik selanjutnya..
Dan
yang pasti, sudah tidak sabar menunggu datangnya saat-saat seperti ini nanti,
di suatu hari nanti..
Semoga
bisa bertemu dengan Nadine, Rara, Dinia, Alya, Amel, dan adik-adik lainnya..
Amiinn
Yak, demikian cerita saya, maaf
ga detail ceritanya, karena terlalu banyak kejadian luar biasa yang buat mata
dan hati kompakan nangisnya.. hehehee..
See you again guys..
Di cerita selanjutnyaa..
Salam,
Berbagi Bahagia Bersama